Memilih Obat yang Tepat untuk Kamu

Pharmaco

Tubuh kita tersusun dari banyak protein-protein yang penting untuk menopang kehidupan baik secara struktur atau bentuk dan juga fungsi yang bekerja tanpa kita sadari sehari-hari. Protein-protein ini diatur oleh DNA dalam tubuh kita. DNA-DNA ini tidak bekerja sendiri-sendiri, namun DNA ini berkumpul dalam sebuah gen dan gen ini diwariskan oleh orang tua, sebagian dari ayah dan sebagian dari ibu. Gen ini dapat menentukan warna rambut dan warna mata, risiko terjadinya suatu penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit gula, maupun penyakit kanker.

Gen-gen dalam tubuh yang tersusun atas kumpulan DNA, berguna untuk membentuk protein yang berguna bagi fungsi tubuh. Oleh karena itu, meskipun nama gen setiap orang sama, belum tentu memberikan hasil yang sama. DNA masing-masing individu bersifat unik, sehingga perbedaan susunan DNA sedikit saja di dalam suatu gen akan memberikan hasil yang berbeda pula. Perbedaan yang tejadi ini ada yang bersifat langka dan bahkan dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan dengan kelainan genetik.

Para ahli telah mengetahui bahwa protein tertentu yang dihasilkan oleh tubuh akan berpengaruh terhadap kerja obat-obatan tertentu. Istilah ini disebut sebagai “PHARMACOGENOMIC”. Dengan pharmacogenomic ini, obat-obatan yang akan dipilih mulai disesuaikan dengan kondisi genetik kita. Sebagai contoh adanya protein tertentu yang menyebabkan perubahan kerja enzim liver pada masing-masing individu mengakibatkan obat tertentu mungkin lebih aktif pada seseorang ataupun lebih tidak mempunyai manfaat bagi seseorang meskipun mempunyai penyakit yang sama. Di samping manfaat obat, keamanan obat pun mulai sangat diperhatikan secara genetika. 

Ketika tubuh kita mempunyai salah satu enzim liver yang dikenal dengan nama CYP2D6, yang bertanggung jawab terhadap metabolisme kebanyakan obat-obatan yang kita konsumsi. Gen CYP2D6 ini mempunyai lebih dari 160 versi, kebanyakan hanya mempunyai perubahan kecil dalam rantai DNA. Untungnya, perubahan kecil tersebut tampaknya tidak memiliki efek apapun terhadap tubuh. Secara umum, manusia mempunyai dua buah salinan dari tiap gen, termasuk gen CYP2D6 ini. Namun, beberapa orang mempunyai ratusan bahkan ribuan salinan gen CYP2D6 ini. Dengan adanya salinan yang berlebih ini, maka metabolisme obat dalam tubuh seseorang akan menjadi lebih cepat, sehingga dengan pemberian dosis obat yang sesuai standar pun sudah dapat menimbulkan efek samping yang buruk bagi tubuh. Di lain pihak, ada juga beberapa orang yang tidak mempunyai gen CYP2D6 ini sehingga obat sangat sulit dimetabolisme, hanya sedikit memberikan efek atau bahkan tidak bekerja sama sekali.

Pharmacogenomic

Pharmacogenomic sendiri merupakan sebuah bidang dari Precision Medicine. Pharmacogenomic mempelajari bagaimana pola gen kita akan mempengaruhi dan juga berinteraksi dengan obat-obatan. Hasil pemeriksaan gen ini dapat digunakan dalam layanan kesehatan untuk mengidentifikasi obat-obatan yang terbaik untuk kamu. Banyak sekali faktor yang mungkin mempengaruhi respon tubuh terhadap obat-obatan, contohnya : usia, penyakit atau gangguan fungsi organ tertentu terutama liver atau ginjal, interaksi obat-obatan dengan makanan, genetik, interaksi dengan obat-obatan lain, suku dan ras, jenis kelamin, serta rokok dan alkohol. Dengan begitu luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi respon obat-obatan, apakah pemeriksaan genetik masih perlu dilakukan ? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui alasan mengapa dokter layanan kesehatanmu meminta pemeriksaan pharmacogenetic, yaitu : 

  • Identifikasi obat-obatan atau dosis yang mungkin berguna bagi kamu bahkan sebelum kamu mengonsumsinya.
  • Mencegah dan menghindari efek samping yang serius terkait dengan obat-obatan tertentu.
  • Menyesuaikan dosis obat-obatan yang selama ini sudah dikonsumsi.

Food and Drug Administration (FDA), merupakan suatu badan yang mengawasi keamanan obat-obatan di Amerika Serikat, hingga saat ini telah menemukan sekitar 200 jenis obat-obatan yang mempunyai informasi pharmacogenomic. Informasi yang penting ini dapat membantu dokter dalam menentukan resep obat yang paling tepat bagi setiap individu, mulai dari dosis, kemungkinan efek samping, atau perbedaan efektivitas obat bagi setiap orang. Selain itu, jika para ahli berhasil mengetahui gen yang dapat menyebabkan efek samping yang berat, maka dokter dapat memberikan obat tersebut hanya bagi yang tidak memiliki gen tersebut sehingga manfaat pengobatan yang akan didapat jauh lebih besar melebihi risiko buruk yang dapat terjadi. Sebelum ditemukannya pharmacogenomic, atau bila obat tersebut belum mempunyai informasi mengenai pharmacogenomic, dokter akan meresepkan obat-obatan sesuai dengan penyakit yang dihadapi, tergantung dari usia pasien, berat badan, jenis kelamin, dan juga fungsi liver dan ginjal.

Contoh Hasil Pemeriksaan Pharmacogenetics

IGAKU Health di Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pemeriksaan genetika untuk mengetahui manfaat dan juga efek samping obat-obatan. IGAKU Health bekerja sama dengan Coriell Life Sciences yang berpusat di Philadelphia, Amerika Serikat dalam melakukan pemeriksaan genetika dan mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan yang dapat membantu dokter untuk mengetahui gambaran yang lebih mendalam mengenai seorang pasien.

Pada bagian awal, digambarkan terdapat banyak gen yang diperiksa, namun gen-gen tersebut dapat dikelompokkan menjadi gen yang bertanggung jawab terhadap kecepatan metabolisme obat di dalam tubuh (ada yang normal, metabolisme terlalu cepat sehingga kadar obat di dalam tubuh akan cepat habis, namun ada pula yang memiliki laju metabolisme rendah sehingga kadar obat bisa menumpuk di dalam tubuh dan memberikan efek samping yang besar), gen yang bertanggung jawab terhadap proses pembekuan darah, serta gen ApoE (apolipoprotein E) yang sudah sangat dikenal sebagai gen yang bertanggung jawab terhadap metabolisme lemak dan menimbulkan penyakit Alzheimer.

Bagian berikutnya mengulas beberapa macam risiko obat-obatan yang disesuaikan dengan materi genetik yang dimiliki oleh tiap individu. Contohnya “Obat A” bila diberikan bersamaan dengan “Obat B” dapat menimbulkan beberapa macam risiko, mulai dari risiko besar seperti kadar “Obat A” akan meningkat jauh bila dikombinasikan dengan “Obat B” sehingga pemberiaan bersamaan sebaiknya dihindari, namun ada pula yang memiliki efek untuk mengurangi efektivitas obat. Jika kita ambil contoh, pemberiaan “Obat C” bersamaan dengan “Obat D” dapat mengurangi kadar “Obat C” dalam darah. Namun kembali lagi, hal ini tentunya akan berbeda karena setiap individu memiliki susunan genetik yang berbeda pula.

Kumpulan gen yang terlibat dalam proses pembekuan darah juga turut diperiksa (Contoh gen tersebut adalah Factor V Leiden, MTHFR). Kelainan dalam variasi gen ini dapat menyebabkan semakin mudahnya pembuluh darah tersumbat akibat bekuan darah. Ditambah dengan pemeriksaan ApoE atau Apolipoprotein E yang bertanggung jawab terhadap metabolisme lemak, maka risiko untuk terjadinya gangguan kardiovaskular dan penyakit jantung dapat diketahui dengan lebih jelas.

Obat-obatan yang berfungsi sebagai anti-platelet ada banyak macam, contohnya apirin dan clopidogrel. Untuk kamu yang pernah memiliki riwayat pengentalan darah, apakah kamu pernah mengonsumsi salah satu jenis obat tersebut dan ternyata setelah diperiksa kembali, pengentalan darah tersebut masih ada dan dokter mulai mengganti obatmu dengan jenis yang lain ? Atau pernahkah kamu mengonsumsi obat penurun kolesterol ? Atau kamu kesulitan untuk memilih obat-obatan yang cocok untukmu? Atau pernahkah kamu  mengonsumsi Omeprazole namun tidak cocok untukmu dan dokter memberikan obat lain yang segolongan namun ternyata obat tersebut bermanfaat untukmu ? Mungkin jawabannya terdapat dalam keadaan genetik kamu. Susunan DNA yang memberikan kode-kode unik bagi tubuh juga menyandi kemampuan tubuh untuk metabolisme obat-obatan.

Ada banyak jenis obat yang dapat diperiksakan dalam pharmacogenomic, contohnya obat-obatan yang bekerja pada jantung, mulai dari golongan anti-koagulan, anti-platelet, golongan statin, serta beta blocker. Ada juga obat-obatan yang bekerja pada sistem pencernaan kamu, mulai dari obat anti mual, obat maag, maupun obat anti-radang, hingga berbagai macam jenis obat-obatan yang diperiksakan dan disesuaikan dengan kondisi genetik dan akan memberikan hasil atau rekomendasi mengenai obat tersebut. Ada obat yang akan dimetabolisme dalam laju yang tinggi sehingga kadar dalam tubuh akan cepat menghilang, sebaliknya ada pula yang lebih lambat sehingga kadarnya dalam tubuh akan berlebih, bahkan untuk dosis yang rendah pun dapat menjadi berlebihan.

Meskipun pharmacogenomic ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi dokter dalam memberikan pengobatan. Sayangnya, meskipun mampu memberikan gambaran yang baik mengenai hubungan antara genmu dengan obat-obatan yang cocok bagi kamu, namun pharmacogenetic masih mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

  • Tes pharmacogenomic tunggal tidak dapat digunakan untuk menentukan bagaimana kamu akan merespon terhadap semua jenis obat-obatan. Tim layanan kesehatanmu mungkin akan melakukan pemeriksaan terhadap beberapa gen lagi untuk menilai secara lebih lengkap.
  • Tes pharmacogenomic ini hingga saat ini belum tersedia untuk semua jenis obat-obatan.
  • Belum ada pemeriksaan pharmacogenomic untuk aspirin.

Precision Medicine adalah bidang yang sedang berkembang saat ini. Banyak teknologi yang sedang dikembangkan saat ini. Para peneliti harus membuat standar data yang dikumpulkan dari klinik dan juga rumah sakit dalam skala yang besar agar dapat digunakan sebagai basis data genetika. Dengan mengambil data mengenai gen, tentunya akan banyak masalah etika, sosial, dan juga hukum yang harus dilewati. Pengumpulan data semacam ini dapat menganggu privasi dan kerahasiaan setiap individu sehingga data-data tersebut benar-benar harus dilindungi dan setiap orang yang bersedia diambil gen nya harus memahami risiko yang ada. Namun hingga saat ini, para peneliti dan para ahli masih tetap berusaha untuk menemukan lebih banyak lagi gen-gen yang terlibat dalam metabolisme obat-obatan sehingga pada akhirnya pemberian terapi dan obat-obatan akan lebih disesuaikan bagi masing-masing individu sehingga manfaat yang dapat diperoleh menjadi jauh lebih besar.

Sumber :
dr. Yohanes Edwin J
dr. Yohanes Edwin Jonatan
Dokter Umum | + posts

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *